Senin, 02 September 2013
POM SI 124 603 441
Dr. Niniek Soedjani
* MELIA BIYANG - HGH **
Manfaat Melia Biyang:
• Mengencangkan Kulit Wajah
• Mengencangkan &
Memperbesar Payudara
• Mengeluarkan minyak
KOLESTEROL
• Mengecilkan Perut
• Meningkatkan Vitalitas
& Tahan Lama Sex.
• Meningkatkan kekuatan
Tulang & Pembentukan Otot
• Meningkatkan Daya Ingat
• Menambah Stamina
Fisik & Mental
• Mempercepat proses
Penyembuhan serta
Meningkatkan Imunitas
• Membantu penyembuhan
Darah Tinggi/Stroke
• Membantu mengembalikan
warna Rambut &
Pertumbuhannya
• Merangsang fungsi Organ² Tubuh vital: Jantung, Hati, Pankreas, Limpa & Ginjal
*melia Biyang tidak dijual dipasaran.. hanya bisa didapatkan melalui stokis melia dan member resmi PT.MSS
Produk Berkualitas tinggi dari Ahli Anti Aging (awet muda) dunia TERBUKTI & TERUJI KHASIAT dari MELIA BIYANG dengan reaksi cepat tanpa efek samping karena 100% produk ini ALAMI. TAMPIL CANTIK dan GANTENG dengan Melia Biyang
Order
Cp. Ana 089608152738
Selasa, 29 Januari 2013
MANAJEMEN "FUNGSI PENGAWASAN"
1. Definisi
Controlling atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah
proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi.
Controlling atau pengawasan adalah
fungsi manajemen dimana peran dari personal yang sudah memiliki tugas, wewenang
dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan agar supaya berjalan
sesuai dengan tujuan, visi dan misi perusahaan. Di dalam manajemen perusahaan
yang modern fungsi control ini biasanya dilakukan oleh divisi audit internal.
Pengawasan merupakan fungsi manajemen
yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi manajemen yang
lain, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis
E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan
sebagai: “the
process by which manager determine wether actual operation are consistent with
plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial
proses pengawasan, bahwa: “pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan
merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan
dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi
tercapai.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T.
Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan,
yaitu:
a. penetapan standar pelaksanaan;
b. penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
c. pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
d. pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan
e. pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
2. Prinsip Pengawasan
1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti
oleh staf dan hasilnya mudah diukur. Misalnya tentang waktu dan tugas-tugas
pokok yang harus diselesaikan oleh staf.
2. Fungsi pengawasan harus difahami pimpinan sebagai suatu
kegiatan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3. Standar unjuk kerja harus dijelaskan kepada seluruh staf
karena kinerja staf akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk
memberikan reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja.
3. Manfaat Pengawasan
Bila fungsi wasdal dilaksanakan
dengan tepat, organisasi akan memperoleh manfaat berupa:
1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilaukan oleh
staf, pakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya telah
digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi wasdal akan meningkatkan
efisiensi kegiatan program.
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya
mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,
dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan.
4. Proses pengawasan
Terdapat tiga langkah penting dalam
proses pengawasana manajerial yaitu:
1.
Mengukur
hasil/prestasi yang telah dicapaioleh staf atau organisasi
2.
Membandingkan
hasil yang telah dicapai dengan tolok ukur.
3.
Memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya,
dan menggunakan, dan menggunakan faktor tersebut untuk menetapkan
langkah-langkah intervensi.
5. Obyek Pengawasan
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan
manajerial, ada lima jenis obyek yang perlu dijadikan sasaran pengawasan.
1.
Obyek
yang menyangkut kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Pengawasan ini
bersifat fisik.
2.
Keuangan
3.
Pelaksanaan
program dilapangan
4.
Obyek
yang bersifat strategis
5.
Pelaksanaan
kerja sama dengan sektor lain yang terkait.
6. Jenis-jenis Pengawasan
1.
Pengawasan
fungsiomal (struktural). Fungsi pengawasan ini melekat pada seseorang yang
menjabat sebagai pimpinan lembaga.
2.
Pengawasan
publik. Pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat.
3.
Pengawasan
non fungsional. Pengawasan ini biasanya dilakukan oleh badan-badan yag
diberikan wewenang untuk melakukan pengawasan seperti DPR, BPK, KPK, dan
lain-lain.
7. Prinsip Pokok
Fungsi pengawasan adalah aktivitas
yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana
yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan
pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu:
1. Adanya Rencana
2. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada
bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah
pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala
peraturan demi keselamatan kerja bersama. Sosialisasi perlu dilakukan terus
menerus, karena usaha pencegahan adalah penting untuk mendapat perhatian.
Pengawasan dan pengendalian
(controlling) sebagai fungsi manajemen bila diikerjakan dengan baik, akan
menjamin bahwa semua tujuan dari setiap orang atau kelompok konsisten dengan
tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini membantu menyakinkan
bahwa tujuan dan hasil tetap konsisten satu sama lain dengan dalam organisasi.
Controlling berperan juga dalam menjaga pemenuhan (kompliansi) aturan dan
kebijakan yang esensial.
Proses pengendalian mulai dengan
perencanaan dan pembangunan tujuan penampilan kerja. Tujuan penampilan
didefinisikan dan standar-standar untuk mengukurnya disusun. Ada 2
tipe standar:
¨
Standar out-put (keluaran): mengukur hasil-hasil tampilan dalam istilah
kuantitas, kualitas, biaya atau waktu.
¨
Standar in-put (masukan): mengukur usaha-usaha kerja yang masuk ke dalam
tugas penampilan.
8. Pengukuran Penampilan Aktual
Pengukuran harus cukup akurat untuk
menyorot penyimpangan atau variasi. Tanpa pengukuran, pengendalian yang efektif
tidaklah mungkin ada. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil dengan tujuan
dan standar. Perbandingan dari tampilan aktual dengan tampilan yang diharapkan
membangun kebutuhan untuk bertindak.
Cara untuk membuat perbandingan
meliputi:
¨
Historis/relatif/rancang-bangun
¨
Benchmarking
9. Pengendalian Efektif
Pengendalian terbaik dalam
organiasasi adalah berorientasi pada strategi dan hasil, dapat dipahami,
mendorong pengendalian diri (self-control), berorientasi secara waktu dan
eksepsi, bersifat positif, setara dan objektif, fleksibel.
Tipe-tipe pengendalian (awal)
preliminary, kadang-kadang disebut kendali feedforward, hal ini harus dipenuhi
sebelum suatu perkerjaan dimulai.
Kendali ini menyakinkan bahwa arah
yang tepat telah disusun dan sumber-sumber yang tepat tersedia untuk
memenuhinya.
Tipe-tipe pengendalian (saat ini)
concurrent berfokus pada apa yang sedang terjadi selama proses. Kadang-kadang
disebut kendali steering, kendali ini memantau operasi dan aktivitas yang
sedang berjalan untuk menjamin sesuatunya telah sedang dikerjakan dengan tepat.
Tipe-tipe pengendalian (akhir)
post-action; kadang-kadang disebut kendali feedback , kendali ini mengambil
tempat setelah suatu tindakan dilengkapi. Kendali akhir berfokus pada hasil
akhir, kebalikan dari input dan aktivitas.
Manajer memiliki 2 pilihan luas
dengan memperhatikan pengendalian. Mereka dapat mengandalkan orang-orang untuk
melatih pengendalian diri (internal) atas tingkah lakunya sendiri. Alternatif
lain, manajer dapat mengambil tindakan langsung (external) untuk mengendalikan
tingkah laku orang lain.
Pengendalian internal memberikan
individu yang termotivasi untuk melatih pengendalian diri dalam memenuhi
harapan pekerjaan. Potensi untuk pengendalian diri dikembangkan ketika orang
yang mampu memiliki tujuan tampilan yang jelas dan dukungan sumber-sumber yang
tepat.
Pengendalian eksternal terjadi
melalui supervisi personal dan penggunaan sistem administrasi formal antara
lain sistem penilaian penampilan, sistem kompensasi dan keuntungan, sistem
disiplin kepegawaian, dan management-by-objectives (manajemen berdasar tujuan).
Kompensasi dan keuntungan dari
sistem pengawasan dan pengendalian yang baik adalah:
¨ Akan menarik orang
berbakat dan mempertahankannya di dalam organisasi.
¨ Memotivasi orang untuk
menggunakan usaha maksimum dalam pekerjaannya.
¨ Menyadarkan nilai dari
kontribusi penampilannya.
Internet, Peng Manajemen 1D unswagati
Manajemen TEORI KLASIK
Teori manajemen
klasik mengasumsikan bahwa orang bekerja secara rasional dan pada dasarnya
dipengaruhi oleh faktor ekonomis. Pekerja diharapkan untuk rasional dan akan
mengerjakan apapun yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang besar.
Ada dua
tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen, yaitu :
1. Robert Owen (1771-1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Mnajer Pabrik Pemintalan Kapas di New
Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor
produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya
disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik
akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga
kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian
baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan
perusahaan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan
bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern
dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai
Bapak Manajemen Personalia.
2. Charles Babbage (1792-1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh
perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia dipercaya bahwa aplikasi
prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari
tenaga kerja menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara
efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan
dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen. Pembagian kerja (devision of
labour), mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
- Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman
yang baru.
- Banyaknya waktu yang terbuang bila
seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain akan menghambat
kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam
pekerjaannya.
- Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah
karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
- Adanya perhatian pada pekerjaannya
sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya padam itu-itu
saja. Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama
yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan,
juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.
Teori klasik sendiri merupakan merupakan tinjauan tentang
teori-teori umum dalam manajemen organisasi. Dan yang sering dikaitkan dengan
sudut pandang klasikal adalah model organisasi birokratik. Teori organisasi
secara sistematis baru dikembangkan pada tahun 1850 di sini timbul sesuatu
pemikiran yang mempersoalkan bagaimana mengatur hubungan antara susunan
organisasi itu dan mengatur cara bekerjanya sehingga dalam suatu organisasi
dapat bekerja seefisien dan semaksimal mungkin. Organisasi sendiri dapat
diartikan sebagai ´merencanakan bentuk umum daripada usaha dengan mengingat
tujuan-tujuan usaha, cara-cara melaksanakan usaha sebagai mana bisa diramalkan
“. Di dalam organisasi pasti ada sebuah tujuan yang bersifat kolektif atau
pekerjaan kolektif yang disetiap bagaian di atur atau di intregasikan dari
pekerjaan perseorangan.
Tokoh dari aliran organisasi klasik ini yaitu Henri Fayol (1841-1925).
Fayol diakui sebagai penemu aliran menejemen klasik bukan karena dia adalah
orang pertama yang menemukan tingkah laku manajerial, tetapi karena dia adalah
orang pertama yang membuatnya menjadi sistematik. Peninggalan Fayol yang paling
terkenal adalah tentang lima fungsi utama manajemen, yaitu merencanakan,
mengorganisasi, memerintah, mengkoordinasi, dan mengontrol. Menurut Fayol,
praktik manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat
diidentifikasi dan dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat
dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer. Selain lima fungsi utama
manajer diatas, Fayol juga terkenal dengan 14 Prinsip Manajemenya yaitu:
1.
Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan
kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena
itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man
in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan
emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.
Dengan adanya prinsip orang yang tepat ditempat yang tepat (the right man in
the right place) akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran
dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi
penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang
baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh
karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja
sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip
lainnya.
2.
Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang
untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti
pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap
pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan
wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula
pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Tanggung jawab terbesar terletak
pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi
terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewemang terbesar adalah
manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai
keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.
3.
Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh
terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat
dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka
disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan
disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap
pekerajaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
4.
Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat
dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung
jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari
manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan
tanggung jawab serta pembagian kerja.
5.
Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung
jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan
bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula
terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya
dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu
alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pmelaksanakan
pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung
jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity
of directiion) tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung
jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.
6.
Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan
sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat
yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan
dapat tercapai dengan baik.
Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan
pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa
kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan
organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan
organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja
sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
7.
Penggajian pegawai
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan
kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang
diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas
dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja.
Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian harus dipikirkan bagaimana agar
karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus diperhitungkan
agar menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan
berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip more pay
for more prestige(upah lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama
untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak
disiplin.
8.
Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan
tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang
yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti
adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran
wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan
asas pelimpahan wewenang (delegation of authority)
9.
Hirarki (tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan
bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada
manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini,
maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab
dan dari siapa ia mendapat perintah.
10.
Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan
merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja
dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud
apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang
tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam
mencapai tujuan.
11.
Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu
syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran
terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan
kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang
yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya
dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
12.
Stabilitas kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus
dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan
karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban
dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya
memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi,
perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam
bekerja.
13.
Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang
menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu
yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam
prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman
seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari karyawan harus
dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena
itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa
karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena
itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari
prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14.
Semangat kesatuan dan semangat korps
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan,
yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang
baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran
bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat
dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu
melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang
suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de
corp(perpecahan dalam korp) dan membawa bencana
Tokoh organisasi klasik lainnya yang terkenal yaitu Max Weber.
Weber beranggapan bahwa dalam semua organisasi pasti mempunyai orientasi pada
sasaran yang terdiri dari ribuan individu yang memerlukan pengendalian
peraturan dari semua aktifitasnya. Untuk itu Weber mengembangkan sebuah teori
mengenai manajemen Birokrasi yang menekankan pada kebutuhan akan hierarki yang
ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang dengan jelas.
Selanjutnya tokoh aliran organisasi klasik lain yaitu Mary Parker
Follett (1868-1933). Follett merupakan tokoh aliran klasik yang
membangun kerangka kerja dasar aliran klasik dalam bidang hubungan manusia dan
stuktur organisasi. Follett beranggapan bahwa tidak ada seorang pun yang
menjadi seorang yang utuh kecuali sebagai anggota sebuah kelompok, manusia
tumbuh lewat hubungan mereka dengan manusia lain dalam organisasi.
Selanjutnya tokoh organisasi klasik terkenal yang terakhir yaituChester I.
Barnard (1886-1961). Seperti Follett, Barnard juga memperkenalkan beberapa
teori eleman klasik yang ia peroleh dari pengalaman kerjanya sebagai presiden
New Jersey Bell (1927) dan juga dari pengetahuan membaca bidang sosiologi dan
filosofi. Barnard beranggapan bahwa orang berkumpul bersama dalam suatu
organisasi formal tujuannya adalah untuk mencapai tujuan yang tidak bisa mereka
capai jika bekerja sendiri. Tetapi pada saat mereka mengejar sasaran
organisasi, mereka juga harus memuaskan kebutuhan individu masing-masing.
Kelebihan Teori Manajemen Klasik:
- Memberikan kontribusi mengenai pembentukan
organisasi secara Birokrasi atas dasar hierarki yang sampai saat ini masih
banyak digunakan oleh ornanisasi-organisasi modern
- Memberikan anatomi organisasi formal
dengan empat unsure pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
- Sistem kegiatan yang
terkoordinasi
- Kelompok orang
- Kerjasama
- Kekuasaan & Kepemimpinan
- Memberikan tiang dasar penting dalam
organisasi formal yaitu:
- Pembagian kerja (untuk
koordinasi)
- Proses Skalar & Fungsional
(proses pertumbuhan vertical dan horizontal)
- Struktur (hubungan antar
kegiatan)
- Rentang kendali (berapa banyak
atasan bisa mengendalikan bawahan).
- Adanya prinsif pembidangan tugas yang
jelas (jurisdictional areas), umumnya diatur oleh
hukum/peraturan-peraturan administrasi, yaitu:
- Adanya pembagian tugas yang
jelas bagi apparatus birokrasi,
- Adanya pendelegasian wewenang,
- Setiap tugas yang dilaksanakan
menuntut keahlian/keterampilan (spesialisasi). Sehingga orang yang
dapat diangkat menjadi aparat birokrasi adalah mereka yang mempunyai
keahlian (kualifikasi).
- Karena pemberian / pembagian
tugas sesuai dengan kemampuan yang talah dimiliki sehingga tidak banyak waktu
terbuang yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang
baru.
- Terdapat spesialisasi kerja
sehingga tidak banyak waktu yang terbuang untuk seseorang berpindah dari
satu pekerjaan ke pekerjaan lain, karena jika seseorang berpindah pekerjan
orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga
akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja
- Kecakapan dan keahlian
seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus-menerus dalam
tugasnya yang telah dispesialisasi sehinga kemampuan kerjanya semakin
terlatih dan semakin mahir dengan bidangnya
- Adanya perhatian terhadap
tenaga kerja dan peralatan (mesin) yang digunakan, sehingga kesehatan,
kompensasi, tunjangan dan kelayakan tenaga kerja dan mesin terjamin
sehinga dapat menghasilkan produktifitas yang maksimal
- Adanya sistem peraturan yang
mengatur hak dan kewajiban dengan jelas sehingga mendorong semua pihak
untuk disiplin dan teratur
10. Adanya jenjang wewenang yang terumus
dengan jelas sehingga dengan adanya wewenang pekerjaan akan cepat terselesaikan
karena adanya perintah dari atasan. Selain itu seetiap bawahan juga
hanya akan menerima instruksi dari seorang atasan sehingga mereka
tidak akan bigung dan saling lempar tanggung jawab.
11. Adanya sistem keadilan sehingga
mereka akan memperoleh perlakuan yang sama sesuai dengan kedudukan
masing-masing individu
12. Bawahan diberi kekuasaan dan
kebebasan di dalam mengeluarkan pendapatnya, menjalankan dan menyelesaikan
rencananya, sehingga mereka akan dapat mengeluarkan ketrampilan dan kemampuan
yang ia miliki
Kritik Teori Aliran Klasik:
Adapun kritik terhadap pendekatan teori
organisasi klasik, antara lain:
- Dalam teori ini menjelaskan bahwa hanya
ada 1 syarat / cara terbaik untuk menyelesaikan semua situasi. Padahal
pada kenyataannya suatu cara / syarat / ketentuan hanya bisa digunakan
pada situsi tertentu tau hanya pada situasi normal.
- Menganggap manusia sebagai mesin yaitu
manusia akan bekerja keras dan terus menerus jika diberi imbalan yang
lebih. Padahal kenyataanya tidak begitu, manusia mempunyai perasaan cinta,
rindu, sakit, dan sebagainya yang walaupun di beri imbalan padasaat
tertentu mereka menolaknya
- Teori ini juga beranggapan bahwa jika
pekerjaan seseorang semakin dispesialisasi, maka produktifitas mereka akan
semakin bagus dan banyak (tinggi). Namun pada kenyataannya terdapat titik
jenuh yang menurunkan produktifitas dari spesialissi kerja mnusia tersebut
karena manusia mempunyai rasa bosan dan jenuh
- Merangsang berfikir yang mengutamakan
konformitas dan formalitas
- Merupakan rutinitas yang membosankan
padahal manusia mempunyai titik jenuh atau bosan terhadap suatu pekerjaan
yan diulang terus-menerus secara monoton
- Ide-ide inovatif tidak sampai kepada
pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi hal ini disebabkan
karena adanya sistem birokrasi yang panjang
- Tidak memperhitungkan organisasi nonformal
yang seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal
- Dijalankan secara berlebihan yaitu
organisasi dijalankan secara terus-menerus kerena mengejar produktifitas
tinggi tanpa menganggap perasaan manusia yang adakalanya jenuh, bosan,
rindu, galau, dan sebagainya
- Terlalu banyak aturan yang berbelit-belit
10. Kecenderungan menjadi orwelian yaitu
keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan, bukan mengendalikan urusan.
Daftar Pustaka
ü Stoner, James A.F.dkk.1996.Manajemen
Jilid 1.Indonesia:PT Bhuana Ilmu Populer
ü
http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/08/perkembangan-teori-manajemen/
ü
http://hardiaputra.blogspot.com/2008/03/teori-organisasi-klasik.html
ü
http://afrita1804.blogspot.com/2011/03/charles-babbage-tokoh-manajemen-teori.html
ü
http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-perkembangan.html
ü
http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_manajemen
ü
http://nurfatomi.wordpress.com/2010/10/14/teori-oragnisasi/
Langganan:
Postingan (Atom)